Kamis, 23 Agustus 2012

A LETTER (MENYURATI DIRI SENDIRI)

Tali sepatu kukencangkan
Ke sebelah timur mengunjungi jejak sejak
Dan alasan apa yang terakhir membawaku ke sini
Enam kali putaran tanah lapang kurang dari tigapuluh menit

Kuhimpun subuh, kuhimpun nur, kuhimpun udara
Namun tap telapak menggagalkan ingatanku
Lengang kecuali  hela ini yang menjadi amat ribut
Adakah bisa kita kehilangan keinginan untuk mengeluh?

Berlarilah hingga kau kehilangan keinginan untuk berhenti!

Agustus, 2012 

Rabu, 22 Agustus 2012

INSIDE OURSELVES


Sebab selalu ada hal yang tak mesti selesai
Lebih awal dari dugaan awal
Sejak dinisbatkan di dahimu
Kau juru tafsir atas dirimu sendiri

Tak peduli berpetipeti sejak
Kau kemas untuk keberangkatan
Anakanak pohon di sisi jalan tak memberi restunya
Dan setiap pagi kau hanya bertahan di bayangan sepenggalan
Lalu meninggalkan tanda yang bukan selamat tinggal.

Tertanggal awal musim di kalender yang kau lingkari
Kemarau ini, katamu musim mengajari kita menabung
Kupikir inilah yang akan kau tinggalkan
Menabung air tanah mengisi tempayan untuk mencuci beras
Menabung minyak tanah untuk sumbu damar sebelum lampu benarbenar padam

Hingga kutemui kau di segi panjang lapang tanah
Dimana orangorang menabung harapan
Tanpa barisan tanpa nomor antrian
Lalu kutemui diriku sendiri.

Agustus, 2012

HOW ARE YOU


Maka sempatkan menanyai kabarnya
Sepilihan kata yang sengaja kukalengkan
Sejak aku berpikir bahwa sesuatu yang dikalengkan bisa bertahan lebih lama
Lalu bisa kularungkan ke laut.

Juntai pitapita yang masih terlilit mananti karat
Kukira itu membuatnya mirip sebuah kado
Tapi, gelembung laut penuh garam merembes
Ke dalam seratserat benang
Mengisi dadaku.
Kutonton helainya putus lepas lepas
Dan tak bisa lagi kaleng kukalungkan.

Kabar kaleng dan kalung mengapung lalu
                        mengendap ke laut
Kau tak lagi mengenaliku.

Agustus, 2012

RAMADHAN #2


Tuhan selalu memberi kita tenggat
Berapa banyak kita yang tak berkhianat
Pada gerak pendulum
Pada bandul lonceng

Di detak jantung yang pacu lalu terhenti
Segala jiwa mesti kembali.

Agustus, 2012

RAMADHAN #1


Aku selalu siap menemui Tuhan dengan dosadosa dan doadoa rahasia
Hanya saja, aku yang tak pandai bercerita
Mengakui lebih sering tak pandai mengalah

Suatu kala, 
Sungguh aku tak ingin menang, Tuhan
Sepenuhnya kuaminkan kala keberkahanMu ada pada kekalahan.

Agustus, 2012 

Sabtu, 18 Agustus 2012

JELANG LEBARAN (TUKANG PARUT KELAPA)

Sambil mengupas sabut kelapa
Katanya sambil tersenyum,"Hari ini lebih dari tigaratus butir."
"Jelang lebaran", kataku dengan sebuah anggukan.

Suara mesin parut kelapa menuntun ingatanku pada tukang panjat kelapa
Pada buruh angkut, dan penjual baju baru dengan pita merah muda.

Jelang lebaran, tentang yang bisa  dan tak bisa terhitung.

Tentang berapa butir kelapa parut hari ini dan kemarin
Tentang puasa hari terakhir dan kelak berapa butir hadiah Tuhan untuk kita Ramadhan ini
Juga tentang bulirbulir dosa yang masih melekat di tubuh ini dan sisa waktu.

Bangsa Sumerian adalah yang pertama kali menggunakan hitungan enampuluh
untuk satuan menit dan detik.

*Ini parutan kelapanya nak, duaribu rupiah. Terimakasih.

Ujung Ramadhan, 1433 H