:
Bersamaan saat punggungmu berbalik
Punggung langit berbalik dua warna
Merah jambu lalu mirip daun jambu kering.
Isyaratkan pergantian hadapan
yang mungkin sejalan dengan pergantian garadasi warna
Seperti warna kau juga.
Dan semakin tak bisa kutafsirkan irisan bulan
yang cekung seperduabelas, barangkali.
Tapi juga tetap bundar, sedang tergantung.
Pijakanmu, abuabu atau benarbenar gelap kah?
Tak ada yang jelas kulihat di sana
Kecuali punggung ilalang yang kau rapatkan
dengan punggung payungmu.
Mungkinkah serupa kita?
Tak lagi kah tubuhmu butuh kau payungi?
Jika iya, bisakah aku jadi gagang payungmu saja?
Agar tetap bisa kau genggam
Saat punggung payungmu menghadap punggung langit
Atau jika punggung payungmu membisiki punggung ilalang.
*Sedang belajar menerjemahkan cerita bergambar
Juni, 2012
Kamis, 28 Juni 2012
Senin, 25 Juni 2012
SABAN SORE LIMABELAS TAHUN LALU
:
(1)
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog
Tanah masih basah selepas hujan sore hari
Syahdan seorang anak kampung tanpa alas kaki yang mengintai lelaki asing dari celah daun.
Mata mereka telah lebih dulu saling menagkap
Saat nyaris semua andai melengkapi duga di khayal kanakkanaknya.
Tapi semua isi lamunan berlarian lebih cepat mengikuti telapak kakinya di tanah, bergetah.
Berlari menjadikan helanya bersenyawa dengan desau angin, bergantian.
Lalu, sore itu didapatinya telah rontok di bawah pancuran bambu
Bersama lekat getah tanah di kakinya dan kukunya.
Sementara lelaki asing itu mengantongi pergi sebuah pertemuan tanpa pengakuan.
(2)
Saat ini,
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog
Diluar, gelap awan semakin tebal dan rendah di atas kepalaku
Kau berdiri dalam jarak yang tak lebih limabelas langkah
Ruangan ini berbeda dan asing, beralantai licin dari porselin.
Tapi kaki kita di lantai lebih lekat lebih rapat dari telapak kaki di tanah liat.
Pajangan dedaunan imitasi di sudut ruangan belakangmu mengingatkanku pada cerita sore itu.
Adakah kau pelihara pertemuan sealami hutan kala itu?
Kembali, mataku tertangkap matamu.
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog.
Juni, 2012
(1)
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog
Tanah masih basah selepas hujan sore hari
Syahdan seorang anak kampung tanpa alas kaki yang mengintai lelaki asing dari celah daun.
Mata mereka telah lebih dulu saling menagkap
Saat nyaris semua andai melengkapi duga di khayal kanakkanaknya.
Tapi semua isi lamunan berlarian lebih cepat mengikuti telapak kakinya di tanah, bergetah.
Berlari menjadikan helanya bersenyawa dengan desau angin, bergantian.
Lalu, sore itu didapatinya telah rontok di bawah pancuran bambu
Bersama lekat getah tanah di kakinya dan kukunya.
Sementara lelaki asing itu mengantongi pergi sebuah pertemuan tanpa pengakuan.
(2)
Saat ini,
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog
Diluar, gelap awan semakin tebal dan rendah di atas kepalaku
Kau berdiri dalam jarak yang tak lebih limabelas langkah
Ruangan ini berbeda dan asing, beralantai licin dari porselin.
Tapi kaki kita di lantai lebih lekat lebih rapat dari telapak kaki di tanah liat.
Pajangan dedaunan imitasi di sudut ruangan belakangmu mengingatkanku pada cerita sore itu.
Adakah kau pelihara pertemuan sealami hutan kala itu?
Kembali, mataku tertangkap matamu.
Seperti kala sebelumnya yang tanpa dialog.
Juni, 2012
Senin, 18 Juni 2012
MALAM 10.05
:
"Musim angin kembali dengan potongan yang diterbangkannya dan kenangan yang didatangankannya"
Kau pernah bilang, hendak merenovasi kamar ini usai musim gugur daun
Dindingnya yang lumutan, jelas mengering
Tapi tetumbuhan jenis ini tak kenal cara gugurkan daun.
Tidak, tidak, bukan begitu sepertinya.
Aku yang tak kenal mana daun, mana ranting, mana batang, dan mana akar lumut.
Barangkali seperti aku yang tak benarbenar kenal kau.
Hanya saja entah kenapa, kubayangkan dinding itu adalah hatimu.
Tentang sisisisiya dan sisasisanya yang terlalu lama basah.
Dan aku hanya sekedar cat dinding yang terkelupas,
yang pernah ada mengingatkanmu musimmusim yang sempat kita tandai.
Tiktiktik
Juni, 2012
"Musim angin kembali dengan potongan yang diterbangkannya dan kenangan yang didatangankannya"
Kau pernah bilang, hendak merenovasi kamar ini usai musim gugur daun
Dindingnya yang lumutan, jelas mengering
Tapi tetumbuhan jenis ini tak kenal cara gugurkan daun.
Tidak, tidak, bukan begitu sepertinya.
Aku yang tak kenal mana daun, mana ranting, mana batang, dan mana akar lumut.
Barangkali seperti aku yang tak benarbenar kenal kau.
Hanya saja entah kenapa, kubayangkan dinding itu adalah hatimu.
Tentang sisisisiya dan sisasisanya yang terlalu lama basah.
Dan aku hanya sekedar cat dinding yang terkelupas,
yang pernah ada mengingatkanmu musimmusim yang sempat kita tandai.
Tiktiktik
Juni, 2012
Sabtu, 09 Juni 2012
DEAR MEI IN JUNE
:
Adalah janji yang kau tulis untuk dirimu sendiri
dengan nama terangmu
Sebenarnya janji yang paling mudah
kau ingkari secara rahasia.
Sekaligus sebenarnya janji
yang paling ingin untuk bisa kau tepati
lalu kau rayakan secara rahasia pula.
Maka, sebelum kau ganti atas nama apa siapa
janji itu kau buat,
Kumohon padamu, jangan pernah ampuni aku!
Jangan sekarang!
Juni, 2012
Adalah janji yang kau tulis untuk dirimu sendiri
dengan nama terangmu
Sebenarnya janji yang paling mudah
kau ingkari secara rahasia.
Sekaligus sebenarnya janji
yang paling ingin untuk bisa kau tepati
lalu kau rayakan secara rahasia pula.
Maka, sebelum kau ganti atas nama apa siapa
janji itu kau buat,
Kumohon padamu, jangan pernah ampuni aku!
Jangan sekarang!
Juni, 2012
Jumat, 08 Juni 2012
TANPA UJUNG
:
Di tubuhnya lingkar
lebam menyerupai eratan karet gelang
Yang barangkali
bertahuntahun dipelihara dilengannya lalu putus satusatu
Dahulu dia percaya, bahwa
ramuan paling penawar adalah menjadikan sakit itu terbiasa
Lalu kemudian dia mulai
ragu, bahwa ternyata melepas jauh luar biasa sakit
Sementara satusatunya
penawar yang terpikir adalah mengeratkan ikatannya kembali.
Esoknya ia teringat petuah
jika batas adalah keniscayaan yang mesti ada
Melebihi lingkar semua
siklus.
Demikian pula rentang karet gelang dan dua perlima sisanya
yang dipindahkan di dua pergelangan nadinya.
Di remang petang,
perempuan itu menyambung benang
Entah berapa gulungan lagi
Sangat panjang.
Juni, 2012
ALEGORI TAKEA
:
Takea, mahir sudahkah
kau hafalkan namanama kawanmu?
Yang kau ajak dan
mengajakmu bermain kelereng di tanah rata, hari ini
Yang menolakmu dan tak
pernah kau tolak menemaninya mencari tiram, kemarin
Yang membuatmu setangis-tangisnya
di sekat akar bakau, hari itu
Lalu tertawa dan
menangis di tempat itu juga saat diberimu seekor anak ikan berlumpur
Mana yang kau ingat
seingat-ingatnya, nak?
Ibu tahu, kau tak
sepandai Wedana,
Jadi cukup kau hafalkan
nama, jika lalai kau mengingat wajah.
Takea, di dunia ini kelak
kau akan bertemu lebih banyak rupa manusia
Yang kau kenal dan tak
kau kenal
Yang mengenalmu dan tak
mengenalmu
Maka ada yang harus kau
ingat benarbenar Takea,
Jalan keluar dari pintu
kayu rumah kita ini tak punya ujung.
Ah Takea, kau pasti
bingung nak.
Begini saja, tunggu ibu
pulang
Dan ingat semua orang
yang mengetuk pintu baikbaik
Ibu pergi, ibu sayang Takea.
Juni, 2012
Minggu, 03 Juni 2012
ADAKAH ANGGARA?
Ketika semua dialog ditemui
Tapi percakapan tak menemukan apaapa
Selain tumpukan kerangka kata yang sibuk bertanya
Adakah kala kita dapati usai?
Bukankah telah lama kita siapkan jawaban?
Bukankah tindak telah mengajari kita
menjadi tukang tafsir?
Beberapa tercentang, beberapa tersilang
Harusnya telah lihai pula kita hindari salah
Yakini saja, sebaris tutur tiga kata telah digenapi titik
Saatnya kita berhenti.
Juni, 2012
Tapi percakapan tak menemukan apaapa
Selain tumpukan kerangka kata yang sibuk bertanya
Adakah kala kita dapati usai?
Bukankah telah lama kita siapkan jawaban?
Bukankah tindak telah mengajari kita
menjadi tukang tafsir?
Beberapa tercentang, beberapa tersilang
Harusnya telah lihai pula kita hindari salah
Yakini saja, sebaris tutur tiga kata telah digenapi titik
Saatnya kita berhenti.
Juni, 2012
Langganan:
Postingan (Atom)